Kini konsumen dihadapkan pada pilihan mobil listrik yang sangat beragam, dan rentang harga yang semakin lebar. Salah satu kriteria utama yang jadi pertimbangan adalah jarak tempuh. Namun, jarak tempuh ini sering dicantumkan dengan standar berbeda. Kami coba menjelaskan perbedaan itu..
Standar pengujian EV adalah serangkaian prosedur terukur yang digunakan untuk mengevaluasi performa dan efisiensi kendaraan listrik, terutama dalam hal jarak tempuh dengan sekali pengisian baterai. Hasil pengujian ini sering digunakan oleh produsen sebagai klaim resmi jarak tempuh EV mereka.
Pengujian kendaraan listrik (EV) telah mengalami perkembangan pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya minat terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Pada era 1970-an hingga 1980-an, pengujian EV masih dalam tahap awal dan belum ada standar baku. Produsen menggunakan metode pengujian internal mereka sendiri, yang seringkali menghasilkan klaim jarak tempuh yang tidak konsisten dan sulit dibandingkan.
Namun, seiring waktu, kebutuhan akan standar pengujian yang seragam semakin mendesak. Pada tahun 1992, New European Driving Cycle (NEDC) diperkenalkan di Eropa sebagai standar pengujian pertama yang seragam untuk kendaraan ringan, termasuk EV.
Meskipun NEDC memberikan kerangka kerja dasar untuk pengujian, siklus berkendaranya dianggap terlalu sederhana dan tidak realistis, sehingga menghasilkan angka jarak tempuh yang terlalu optimis.
Menyadari kekurangan NEDC, Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat mulai mengadopsi standar pengujian sendiri untuk EV pada tahun 1997. Standar EPA lebih ketat dan realistis daripada NEDC, memperhitungkan faktor-faktor seperti penggunaan AC dan kondisi berkendara yang lebih beragam, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang jarak tempuh EV di dunia nyata.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada 2017 dengan diperkenalkannya Worldwide Harmonised Light Vehicle Test Procedure (WLTP). WLTP dikembangkan sebagai pengganti NEDC dan melibatkan siklus berkendara yang lebih kompleks dan realistis, dengan kecepatan dan akselerasi yang bervariasi.
WLTP menjadi standar pengujian global yang lebih akurat dan dapat dipercaya, memberikan informasi yang lebih transparan kepada konsumen.
Tidak hanya di Eropa dan Amerika Serikat, China juga mengembangkan standar pengujiannya sendiri yang disebut China Light Duty Vehicle Test Cycle (CLTC) pada tahun 2019. CLTC dirancang khusus untuk mencerminkan kondisi berkendara di China, dengan mempertimbangkan faktor-faktor spesifik seperti suhu dan ketinggian.
Dengan demikian, sejarah pengujian EV menunjukkan perkembangan yang signifikan dari metode pengujian yang sederhana dan tidak realistis menjadi standar yang lebih kompleks dan akurat.
Standar pengujian seperti WLTP dan EPA saat ini memberikan informasi yang lebih dapat dipercaya kepada konsumen, membantu mereka membuat keputusan pembelian yang lebih tepat, dan mendorong produsen untuk terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi kendaraan listrik mereka.
Berikut adalah beberapa standar pengujian EV yang umum digunakan:
Perbedaan Antar Standar
Perbedaan utama antara standar-standar ini terletak pada siklus berkendara, kecepatan rata-rata, dan faktor-faktor lain yang diperhitungkan. WLTP dianggap paling akurat dan realistis karena mencerminkan kondisi berkendara yang lebih beragam. EPA juga cukup akurat, terutama untuk penggunaan di Amerika Serikat. NEDC dan CLTC cenderung memberikan hasil yang lebih optimis.
Berikut adalah tabel perbandingan untuk tiap-tiap standar pengetesan EV dunia :
Kriteria |
WLTP |
NEDC |
EPA |
CLTC |
Siklus Berkendara |
Kombinasi perkotaan, pinggiran kota, dan jalan tol |
Perkotaan dan ekstra-perkotaan |
Perkotaan, jalan tol, agresif, dan kondisi cuaca ekstrem |
Perkotaan dan pinggiran kota |
Kecepatan Rata-rata |
46.5 km/jam |
34 km/jam |
48.3 km/jam |
32 km/jam |
Kondisi Berkendara |
Beragam kecepatan dan akselerasi, penggunaan AC, dan kondisi jalan berbeda |
Kecepatan konstan, akselerasi lambat, tanpa AC |
Penggunaan AC, kondisi jalan berbeda, berkendara agresif |
Suhu sedang, akselerasi moderat, tanpa AC |
Akurasi Hasil |
Tinggi (paling realistis) |
Rendah (paling optimis) |
Tinggi |
Rendah |
Area Penggunaan |
Global |
Eropa (sudah digantikan) |
Amerika Serikat |
China |
Standar pengujian EV sangat penting karena beberapa alasan:
1. Memberikan Informasi yang Akurat dan Realistis:
Standar pengujian yang ketat seperti WLTP dan EPA membantu memastikan bahwa klaim jarak tempuh yang diberikan oleh produsen EV akurat dan realistis. Ini membantu konsumen membuat keputusan pembelian yang lebih tepat berdasarkan informasi yang dapat dipercaya.
2. Memungkinkan Perbandingan yang Adil:
Dengan adanya standar pengujian yang seragam, konsumen dapat membandingkan jarak tempuh berbagai model EV dengan lebih mudah dan adil. Ini membantu mereka memilih EV yang paling sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka.
3. Mendorong Inovasi dan Peningkatan Efisiensi:
Standar pengujian yang ketat mendorong produsen EV untuk terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi kendaraan mereka. Ini pada akhirnya menguntungkan konsumen dengan tersedianya EV yang lebih baik dan lebih hemat energi.
4. Mendukung Kebijakan Pemerintah:
Standar pengujian EV juga penting untuk mendukung kebijakan pemerintah terkait kendaraan listrik, seperti insentif pembelian, regulasi emisi, dan pengembangan infrastruktur pengisian daya.
5. Meningkatkan Kepercayaan Konsumen:
Dengan adanya standar pengujian yang transparan dan dapat dipercaya, kepercayaan konsumen terhadap teknologi EV meningkat. Ini pada gilirannya mendorong adopsi EV yang lebih luas, yang berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan kualitas udara.
Standar pengujian EV memainkan peran penting dalam pengembangan dan adopsi kendaraan listrik. Dengan memberikan informasi yang akurat, memungkinkan perbandingan yang adil, mendorong inovasi, mendukung kebijakan pemerintah, dan meningkatkan kepercayaan konsumen, standar pengujian ini membantu memastikan bahwa EV menjadi pilihan yang semakin menarik dan layak bagi masyarakat luas.
Share :