Saatnya Motor Listrik Bertarung Di Arena Balap

26-10-2024,07:24

Balap merupakan salah satu sarana promosi paling efektif untuk kendaraan. Faktanya, di kelas dunia ada Formula 1 (berusia 78 tahun) untuk mobil, dan MotoGP (berusia 44 tahun) untuk sepeda motor. Dua-duanya masih berlangsung hingga kini, dan menjadi puncak olah raga balap dunia.

Belum lama ini, dunia balap motor Indonesia mencatat sejarah, dengan terselenggaranya road race bertajuk PLN EV Conversion Race yang berlangsung dua seri, yakni 21-22 September 2024, kemudian final di 12-13 Oktober lalu.

Dilaksanakan di sirkuit Sentul Karting, balap ini melombakan 3 kategori, yaitu Individual EV Race diikuti 24 pembalap, EV Endurance Race 34 pembalap dengan 17 tim dan Live Conversion Competition yang diikuti oleh 20 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Masih ditambah United E-Motor One Make Race yang diisi 12 pembalap papan atas Nasional.

Kegiatan yang ditopang kementerian Kementerian ESDM, PLN, Aismoli, BRT, serta FR Action sebagai Racing Comitee, berlangsung seru, dan sukses menarik perhatian khalayak motor pada motor listrik. Maklum saja, banyak yang tak mengira motor listrik layak dipakai balap. Detail eventnya dapat dibaca di  https://setrum.com/read/447/pln-ev-conversion-race-2024 dan  https://setrum.com/read/454/united-e-motor-brand-pertama-yang-balap-di-sentul.

            Berkaca dari event itu, tampak ada beberapa alasan road race dan industri motor listrik bisa klop.

 

PROMOSI TERBAIK

Bob Tasca, pemilik showroom Ford di Amerika pada era 1960an bilang, “Menang di hari minggu, jual di hari senin.” Ucapan itu jadi ungkapan keterlibatan pabrikan mobil di balap, yang kala itu merupakan alat pemasaran paling sakti. Bob adalah orang yang membuat Cobra Jet, yakni sebuah Ford Mustang yang membukukan 8,13 detik untuk jarak 402 m. Ini mendongkrak penjualan Mustang masa itu.

Road Race Indonesia mencapai era keemasan pada awal 2000an. Saat itu, hanya ada 3 pabrikan Jepang yang aktif bertarung. Penjualan motor pun langsung terpengaruh oleh dominasi brand di trek balap.

Tak heran jika industri balap saat itu sangat meriah, dengan peredaran uang fantastis, tak hanya dari ATPM, tapi juga dari industri pendukung seperti pelumas, ban, helm, hingga aksesori dan sebagainya. Semua ingin memanfaatkan popularitas balap road race. Alhasil, biaya per tahun tim balap papan atas di angka milyaran Rupiah. Pembalap top saat itu berpenghasilan diatas Rp 1 milyar per tahun.

Coba simak industri motor listrik Indonesia saat ini, dimana ada lebih dari 10 merek yang sudah dipasarkan, dan puluhan lagi yang terdaftar di kementerian perindustrian. Kenapa tidak ada yang ikut balap?

Persoalannya, pengetahuan masyarakat mengenai kendaraan listrik masih minim. Baik dari sisi industri, maupun dari konsumen. Yang berminat baru sebatas pehobi yang getol utak-atik molis. Selain itu, pihak pabrikan belum tentu mau produknya diadu langsung dengan brand lain.

Langkah yang dilakukan United E-Motor terhitung berani, karena mereka yakin dengan kualitas produk sendiri. Ini juga memberi mereka kredibilitas ekstra, setidaknya dari kalangan penggemar sepeda motor.

 

PERFORMA

Sebelum tim BRT menjadi pionir road race motor konversi, ada Mandhasia Garage (MG) yang `lebih dulu menjajal balap di Sentul Kecil tahun lalu. Karena belum ada kelas khusus molis, dia ikut kelas sport 150 cc 4-tak, pada salah satu club event besar saat itu. Dan langsung naik podium. Saat itu, Adetya Lucky, punggawa MG, menilai balap sebagai riset untuk mempelajari teknik setting molis.

Ketika itu, Yamaha Vixion yang dipakai langsung menarik perhatian pembalap lain. Tak sedikit yang ingin menjajal, terutama setelah melihat aksinya melawan motor bensin. Saking bagusnya, pihak panitia penyelenggara meminta agar lain kali ikut di kelas lebih tinggi, yakni motor sport 250 cc 4-tak.

Spesifikasi motor konversinya tak jauh beda dari yang banyak dipakai balap konversi BRT kemaren. Dan catatan laptime-nya pun tak jauh beda. Perbedaan paling besar hanya basis motor yang mereka gunakan. MG pakai Yamaha Vixion (sport), sedangkan BRT pakai Honda Beat (matic).

Sebagai perbandingan, catatan waktu terbaik molis yang kami ketahui di angka 59 detik – 1 menit 01 detik di sirkuit Sentul Karting. Dibandingkan motor bensin, performa motor listrik tidak kalah. Bila kita pertimbangkan bahwa pembalap sekarang masih relatif baru mengenal motor listrik, maka potensi ke depannya sangat menjanjikan.

 

BIAYA

Ada satu sisi yang menguntungkan molis dibanding motor bensin. Yakni biaya operasional. Yang pernah ikut tim balap motor di sirkuit, akan paham ini.

Semua tim akan melengkapi diri dengan persediaan bahan bakar, oli, onderdil internal seperti piston set hingga kruk-as, klep dan kepala silinder. Setiap race, atau latihan, komponen itu harus diperiksa, dan tidak jarang bongkar pasang alias overhaul. Selain repot, juga makan biaya yang tak sedikit.

Sedangkan motor listrik, hanya sediakan komponen fast moving seperti kampas rem, cairan pendingin (kalau pakai), minyak rem. Kalau mungkin, baterai cadangan yang setelah dipakai, langsung dicas. Ini jauh lebih simpel dan mudah bagi kru mekanik. Pun perawatan yang dilakukan hanya pengecasan dan pemeriksaan komponen fast moving, seperti rem dan ban.

 

RISET

Sama seperti balap tingkat dunia, road race pun dapat menjadi ajang riset dan uji produk. Pada balap manapun, kendaraan akan mendapat perlakuan terburuk, dimana kekuatan komponen, desain mesin dan rangka, serta teknologi diuji sampai batas.

Motor listrik sebagai mainan yang relatif baru, sangat butuh ini. Masalah yang dihadapi saat balap, sangat mewakili potensi masalah di kehidupan sehari-hari. Satu contoh nyata adalah overheat pada controller. Masalah yang drastis memangkas efisiensi dan tenaga itu, dapat diatasi setelah beberapa kali latihan, dan penyesuaian instalasi. Di dunia nyata, ini baru muncul setelah molis dipakai jarak jauh, dengan beban tinggi.

Yang dilakukan United E-Motor dengan menguji kekuatan molis sebelum event, menunjukkan produk mereka tak perlu penyesuaian berarti. Saking pentingnya, bahkan produk mereka yang belum rilis pun diuji di trek demi mengetahui performa, ketangguhan dan potensi masalahnya. Beruntung, semua produknya aman digeber hingga batas pemakaian baterai. Bahkan pada molis dengan baterai SLA, yang ternyata menunjukkan performa diluar dugaan.

 

Share :